Hujan abu, Jogja 14 Februari 2014

This morning Jogja city looks like a mess, completely covered in ash from eruption of Mt. Kelud ( a volcano located in East Java, Indonesia ). Setelah mengalami erupsi tengah malam tadi ( Kamis 13-02-2014 ) akhirnya abu vulkanik dari gunung Kelud tiba di kota Jogja tercinta. Pada awalnya saya mengira hujan abu berasal dari gunung Merapi.

Langsung saja share foto sekitar tempat tinggal saya pagi ini..

DSC_0005

DSC_0006

DSC_0011

Pada hari – hari biasanya jam 5 pagi kota jogja sudah terang, hari ini jam 7 pagi masih terasa gelap 😦

DSC_0013

Update:

Hari ke dua setelah hujan abu pada jam 7 pagi. Akhirnya matahari nampak…Alhamdulillah

DSC00003

DSC00004

Kompilasi Pantai Gunung Kidul, Yogyakarta

Pantai – pantai yang berada di daerah gunung kidul Jogja terkenal akan keindahan akan pasir putihnya yang menawan dan telah menjadi destinasi wisata Jogja sejak jaman dulu. Beberapa pantai yang terkenal tersebut misalnya pantai Sundak, Kukup, Sepanjang de el el.  Ada beberapa lokasi yang  telah saya kunjungi tidak saya abadikan dalam bentuk foto landscape,  misalnya pantai Baron dan Krakal karena pada saat saya berkunjung ke pantai tersebut  masih jaman kamera saku 5 MP ( resolusi tertinggi saat itu MASIH 5 MP!! Bayangkan tahun berapakan itu!! ) dan foto-foto yang diambil masih berupa foto-foto narsis jaman ababil *Oke abaikan!*

Mungkin ada di antara teman- teman yang menggemari foto landscape seperti saya ?? adakah ?? oke baiklah mari ikuti saya berkunjung empat pantai yang terletak di Gunung Kidul.

  1. Pantai Sundak. Selasa, 14 Februari 2012

Ceritanya adik saya yang bernama Lita ingin di ambil fotonya dengan tema pantai. Berbekal kamera Canon 450D ( yang jelas bukan kamera milik saya karena saat itu saya belum memiliki kamera mahal tersebut 😦 ) pada jam 6 pagi kami ( Saya, adik saya, Ibu, teman saya Ida & Sepupu saya)  melaju ke pantai di Gunung Kidul. Perjalanan ditempuh dalam waktu 2 jam. Sesampainya disana kami belum menentukan pantai mana yang akan dijadikan lokasi pemotretan ( Ceileh, pemotretan -_- ). Oleh karena itu kami menyusuri pantai mulai dari pantai Indrayanti, Krakal, Sundak kemudian Kukup namun pada akhirnya pilihan jatuh ke pantai Sundak.

 Sundak

Sundak (2)

Sundak (3)

Lalu mana foto landscapenya ??  Kamera aja belum punya apalagi ilmunya  hahahaha…jadi di pantai ini saya fokuskan untuk memotret manusia saja.

  1. Pantai Pok Tunggal. Sabtu, 3 November 2012

Perjalanan saya menuju ke pantai ini merupakan perjalanan pertama saya yang ditemani kamera kesayangan saya Nikon D5100 *Alhamdulillah akhirnya bisa beli juga :’)*. Awalnya saya penasaran dengan pantai ini. Pantai yang indah namun tersembunyi di balik pegunungan kapur. Jalan menuju lokasi juga masih berupa jalan kecil yang berbatu ( entah kalau sekarang ). Berbekal sifat penasaran tersebut saya mengajak ibu saya, sepupu saya dan teman saya Siwi untuk jalan – jalan ke pantai tersebut. Dari Jogja kami berangkat jam 1 siang dan perjalanan ditempuh dengan waktu 2  jam dengan cuaca agak mendung. Begitu kami tiba di lokasi masuk wisata pantai GK, kami bingung harus ke arah mana. Kami bertanya pada petugas loket dan petugas tersebut memberitahukan arah pantai yang kami tuju. Singkat cerita tibalah kami di jalan masuk pantai Pok Tunggal. Jalan kecil dan berbatu menyambut rombongan kami. Perjalanan dari jalan besar menuju pantai kami tempuh selama kurang lebih 15 menit. Oh iya, dipertengahan jalan kami bertemu dengan mobil sedan putih yang macet / mogok. Sepertinya sedan tersebut mogok karena dasar mobilnya yang rendah sehingga bebatuan di jalan menyentuh dasar mobil tersebut. Karena jalan sempit dan dua arah maka kami harus bersabar dan mengantri menunggu giliran untuk maju. Cuaca cerah menyambut kami begitu kami tiba di pantai. Alhamdulillah.

Pok Tunggal  (3)

Pok Tunggal (1)

Kami berkesempatan melihat indahnya matahari tenggelam, bahkan ibu saya lebih bersemangat dari pada saya pada saat melihat kejadian tersebut hahahaha * Love U Mom* :*

Pok Tunggal  (2)

Setelah puas berfoto – foto dan melihat matahari tenggelam dengan indahnya kami pun pulang ke Jogja.

  1. Pantai Kukup. Kamis, 26 September 2013

Pantai Kukup menurut saya merupakan pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Selain karena pemandangannya yang indah juga karena akses masuknya yang mudah. Mungkin pantai ini merupakan salah satu pantai favorite saya. Kami berangkat dari kota Jogja jam 1 siang dan tiba di pantai jam 3 siang.

 Kukup (4)

Kukup (1)

Kukup (3)

Pantai dengan pemandangan yang indah bukan ?

  1. Pantai Sepanjang.  Jumat, 3 Januari 2014

Awalnya saya dan keluarga hanya ingin jalan – jalan ke salah satu pantai di Gunung Kidul, namun saat itu belum ada tujuan pasti pantai mana yang akan kami kunjungi. Dengan alasan ingin mencoba pantai baru, maka kami akhirnya memutuskan untuk mengunjungi pantai Sepanjang. Kesan pertama yang saya pikirkan pada saat itu adalah pantai ini merupakan mix antara pantai Pok Tunggal dan pantai Indrayanti.

Sepanjang (3)

Sepanjang (2)

Yang paling menyenangkan adalah saya dapat mengabadikan sunset yang indah ini. Alhamdulillah terima kasih kepada Allah SWT, saya diberi hadiah yang tak ternilai. Mungkin karena rajin puasa Senin & Kamis makanya dimudahkan segala hal oleh Allah 🙂

 Sepanjang (1)

Sebenarnya masih banyak pantai yang bertebaran di daerah Gunung Kidul Jogja ( tanya mbah Google kalo gak percaya :p ), hanya saja saya belum sempat mengunjungi semuanya. Hanya satu yang saya inginkan kalau berkunjung ke pantai di GK lagi, yaitu menginap semalam agar dapat memotret star trails dan sunrisenya. Namun karena banyak alasan, sepertinya hal ini sulit bagi saya *Huff……*.

Oh dan omong – omong  ( saya tekankan ) semua  foto disini bahkan tidak dapat mewakili bagaimana indahnya pemandangan pantai – pantai Gunung Kidul. Percayalah teman, pemandangan aslinya bahkan jauuuuuuuh lebih indah daripada foto – foto diatas.

Oke. Terima kasih sudah berkunjung di blog saya. Sampai bertemu di Jurnal selanjutnya. Tetap cintai dan dukung pariwisata Indonesia! 🙂

Untuk foto – foto lainnya silahkan kunjungi Flickr saya

Berkunjung ke Rawa Pening, 9 November 2013

Berkunjung ke rawa pening bukan merupakan tujuan utama pada saat itu. Ceritanya keluarga kami mendapatkan undangan ke suatu acara di Semarang. Karena sudah sampai Semarang, saya ingin sekalian jalan – jalan ke salah satu tempat wisata ( hanya saja saat itu belum ada tujuan pasti ). Karena saya menggemari foto landscape dan belum pernah mengunjungi Rawa Pening, maka saya dan keluarga memutuskan untuk singgah sebentar ke Rawa Pening sebelum pulang ke Jogja. Singkat cerita, setelah acara selesai kami langsung menuju Rawa Pening.

Dari beberapa info yang saya dapati bahwa Rawa Pening paling indah bila dikunjungi pada saat sunrise. Tapi menurut saya sunsetnya juga tak kalah bagusnya.

8182C

DSC_0146B

DSC_0035A

Pemandangan indah Rawa Pening banyak mendapat pujian dari teman – teman komunitas Flickr. Bahkan ada yang mengatakan ingin ke Indonesia karena pemandangan alam nya yang indah ( bukan hanya ke rawa pening saja, tapi juga tempat – tempat lain yang  saya perlihatkan kepada mereka ) dan hal ini membuat saya senang  karena telah memperkenalkan keindahan alam Indonesia kepada mereka. Saya bangga mengatakan bahwa saya tinggal di suatu negara tropis yang menyajikan banyak sekali keindahan alam yang sudah maupun yang belum terjamah.

DSC_0038c

Kami juga sempat makan sore di salah satu restoran di Rawa Pening. :9

DSC_0031A

Karena keterbatasan waktu, saya yakin masih banyaaaaak sekali spot di Rawa pening yang saya lewatkan. Harapan saya agar suatu saat nanti saya bisa berkunjung kembali  ke Rawa Pening untuk dapat mengabadikan suasana sunrise agar saya memiliki perbandingannya. 🙂

Terima kasih sudah berkunjung di blog saya. Tetap cintai dan dukung pariwisata Indonesia!!

Kunjungi Flickr saya

Selamat Tahun Baru 2014

Yogyakarta. Rabu, 01-01-2014, 05:15 AM

Selamat Tahun Baru 2014 untuk teman-teman semuaaaaa !!! Bagaimana ? apakah kalian merasa tahun 2013 kemarin adalah tahun milik kalian ?

Menuju pergantian tahun 2012 ke 2013 kemarin, saya dapat merasakan, bahwa akan ada sesuatu yang akan saya hadapi di tahun 2013 yang akan membuat saya senang dan bersemangat untuk menanti apa yang disiapkan oleh Allah SWT untuk saya. Entah mengapa perasaan tersebut terlalu sulit untuk diabaikan. Seperti ada yang berkata “Hey, kamu! tahun ini siap-siap akan senang ya!” Hahaha…..Dan benar saja, dibulan Desember 2013 ini, saya menyadari bahwa tahun 2013 adalah benar-benar tahun milik saya.

Berbeda dengan pergantian tahun – tahun sebelumnya, sesungguhnya saya sangat sedih meninggalkan tahun 2013 karena saya merasa sangat beruntung dan ( Alhamdulillah ) sangat – sangat diberkati  ditahun tersebut…Kalau diingat-ingat lagi terlalu banyak kesan yang saya dapatkan di tahun tersebut ( mulai dari awal hingga akhir tahun ) yang tidak dapat saya jelaskan satu persatu dan saya merasa ‘overwhelmed’ dengan kebahagiaan yang diberikan Allah SWT terhadap saya, keluarga dan teman-teman saya.  Sungguh sangat terasa perbedaan tahun 2013 kemarin dengan tahun-tahun sebelumnya. Ingin saya beberkan satu persatu kesan – kesan yang saya dapatkan di tahun 2013 kemarin, namun saya tak merasa nyaman menceritakan hal tersebut di jurnal yang bersifat umum seperti ini .

Akhir kata, dengan hati yang sangat – sangat tulus saya mengucapkan Ahamdulillah dan terima kasih kepada tuhan saya tuhan semesta alam, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah, semua nikmat yang telah diberikan kepada saya dan keluarga saya di tahun 2013 kemarin. .

Ya Allah sesungguhnya engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan mengetahui.

Selamat tinggal tahun 2013 dan selamat datang tahun 2014. Semoga tahun ini tak kalah dengan tahun – tahun sebelumnya. AMIN YA RABB

By Emita Hidayaty Posted in Others Tagged

devART yg terbengkalai, Idul Fitri 2013 dan Tarot

Pertama – tama saya ingin mengucapkan Selamat hari raya Idul Fitri 1434 H ( 08-Agustus-2013 ) bagi teman-teman yang merayakannya…Udah nikmatin kue – kue kering, opor ayam, sambel udang, sama ketupatnya dong ?? Hati-hati jangan makan banyak-banyak, ntar ndut loh (maklum cewek, berat badan adalah segalanya  ). Cuma satu hal yang saya sesali di Ramadhan tahun ini, karena kecapekan sibuk dengan urusan dunia, saya kurang menunaikan shalat Tarawih dan shalat sepertiga malam terakhir. Saya baru dapat melakukannya seminggu sebelum hari raya, tapi ya sudahlah *sifat menyesal memang  selalu datang paling akhir* huff…

Yang kedua saya ingin meminta maaf kepada halaman deviantART saya yang terbengkalai karena saya terlalu sibuk update dengan FLICKR. Sejak penyimpanan foto di FLICKR menjadi tak terbatas, saya menjadi terlalu bahagia dan melupakan devART, karena sejak awal saya membuat akun di devART adalah untuk mendapatkan akses penyimpanan foto yang tak terbatas karena FLICKR yg dahulu hanya terbatas 200 foto untuk akun free. Entah untuk berapa lama devART ini akan saya pertahankan selain untuk update jurnal dan penyimpanan foto size original.

Baiklah, mari beralih ke topik selanjutnya…saya ingin membagikan pengalaman saya dengan kartu Tarot.

Apakah ada yang tahu kartu Tarot ?? atau malah bisa ngeramal pakai Tarot ?? Apakah kalian percaya dengan benda tersebut ?? Sebagai muslim, kita dilarang untuk mempercayai dan meyakini kegiatan ramal-meramalkarena dapat menyebabkan syirik, dan dosa syirik itu amatlah besar. Bahkan disebutkan di dalam Al- Qur’an :

–           Surat Annisaa’ ayat 48, yang artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Alah swt.), tetapi dia mengampuni dosa-dosa selain itu terhadap orang-orang yang dikehendaki-Nya. Siapa yang mempersekutukan Allah sesungguhnya dia telah membuat dosa yang sangat besar. (QS Annisaa’ ayat 48)

–           Surat Annisaa’ ayat 116, yang artinya :  Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, yaitu mempersekutukan Dia dengan yang lain. Dia mengampuni dosa yang lain itu bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sesungguhnya ia telah sesat-jalan sejauh-jauhnya. (QS Annisaa’ ayat 116)

Kok saya jadi serem sendiri ???  Jadi begini ceritanya…Beberapa hari yang lalu saya iseng-iseng mendownload aplikasi kartu tarot di Google Play Store. Karena saya orang yang memiliki sifat penasaran yang besar, saya mengikuti petunjuk, mengikuti instruksi dan membaca hasil  yang dikeluarkan oleh kartu – kartu tersebut. Hasil pembacaan kartu memberitahukan sesuatu ( tidak perlu saya sebutkan disini ). Oke baiklah pikir saya,  hasil pembacaan kartu – kartunya nya seperti itu, lalu kemudian saya abaikan. Selang beberapa hari ( lagi – lagi karena penasaran ),  saya memainkan kembali aplikasi kartu tersebut. Setelah saya memainkan kembali kartu Tarot tsb, saya menemukan kejanggalan bahwa, kartu yang keluar saat ini memiliki arti yang sama dengan yang keluar pada saat saya pertama kali mendownload aplikasi itu. Karena saya orangnya positive thinking dan tidak percayaan terhadap sesuatu yang seperti itu dan karena ( lagi – lagi ) penasaran sayapun membuka Tarot read online ( bukan aplikasi yang saya download ) dari pencarian via Google search dan sayapun menemukan salah satu website (sebut saya web A), setelah men-shuffle ( kocok) kartu dan memilih HANYA 6 dari sekian banyak kartu, saya mendapati bahwa hasilnya pun tidak berbeda jauh dengan yang hasil kartu yang keluar di aplikasi mobile phone saya, kemudian setelah itu saya abaikan karena saya menganggap hal tersebut adalah tidak penting. Perlu diketahui, bahwa dari sekian banyak kartu, kita diharuskan untuk memilih HANYA 6 kartu saja. Kartu tersebut masing – masing mewakilkan sesuatu, misalnya :

  •  posisi kartu #1 menunjukkan perasaan terhadap diri sendiri,
  •  Posisi kartu #2 menunjukkan apa yang paling diinginkan pada saat ini,
  •  Posisi kartu #3 menunjukan sesuatu ( tapi apa saya tidak ingat ), hingga kartu nomor 6.

Selang seminggu kemudian karena penasaran yang datang tiba-tiba, saya membuka kembali situs web A dan mengikuti instruksi yang ditunjukkan oleh web tersebut. Setelah 5x shuffle (kocok) dan memilih hanya 6 dari sekian banyak kartu, saya tercengang bahwa kartu yang keluar kali ini juga menunjukkan hasil yang hampir sama dengan kartu yang keluar pada Tarot read online seminggu yang lalu. Bahkan yang membuat saya heran adalah :

–          Posisi kartu #1 dan #5 saat ini menempati posisi yang sama dengan kartu nomor 1 dan 5 yang keluar seminggu yang lalu ( Ingat : masing – masing nomor posisi kartu mewakili suatu arti )

–          Posisi kartu nomor 2,4,6 juga memiliki arti yang hampir sama dengan posisi kartu 2,4,6 pada minggu sebelumnya..

Nah Lho….Kok bisa ?? saya juga tidak mengerti. Pikiran positif saya mengatakan bahwa, situs tersebut berbohong dan kartu yang keluar sudah sudah disusun sedemikian rupa agar kartu yang dikeluarkan sama. Namun yang jadi pertanyaan saya adalah: bagaimana bisa semua kartu-kartu tersebut ( baik yang dari aplikasi mobile dan dari situs web online ) mengeluarkan apa yang menjadi beban pikiran dan pengharapan saya selama ini yang tidak ada seorangpun yang tahu kecuali saya sendiri dan Allah SWT ?? Pokok pikiran saya yang BENAR – BENAR – BENAR menjadi hal yang dipermasalahkan secara besar-besaran oleh saya setahun terakhir ini ??? KOK BISAAAAAA ???? *AAARGGHHHHH!!!* sampai sekarang saya tidak habis pikir..Sempat terpikir oleh saya kalau kartu-kartu tersebut dapat membaca pikiran saya melalui suatu energi tak kasat mata -_-.

Saya merupakan penggemar berat misteri – misteri dunia yang tidak dapat dipecahkan, TAPI bukan berarti saya orang yang suka percaya pada ramalan ( Oh please, nowadays prophecies are a bunch of B*LLSH*T  –__–) . Hanya Allah SWT tempat saya bergantung. Dan maksud dari penulisan pengalaman saya ini adalah BUKAN UNTUK mengajak teman-teman yang membaca jurnal ini untuk mempercayai kartu Tarot ( Jangaaaaaaaannn!!!… Naudzubillahi mindzalik ). Hanya saja, di dunia ini banyak hal misterius yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat, contohnya penampakan UFO, kejadian misterius di segitiga bermuda, monster Loch Ness, Stonehenge,  dan misteri tak terpecahkan lainnya. Seperti  halnya hasil kartu Tarot saya, bagaimana mereka bisa membentuk formasi yang kompak ( setelah 4 kali iseng memainkannya ) sehingga mereka memiliki arti yang sama juga tidak dapat dijelaskan. Seperti yang sudah saya tulis di awal bahwa, melalui jurnal semi pribadi ini ( jurnal ini tidak dipublish di jurnal portal ) saya hanya ingin membagikan pengalaman saya dengan kartu Tarot. Walaupun kita mengharapkan penjelasan ilmiah dan logis dari beberapa hal, kita hanya dapat memuaskan diri dengan spekulasi terbaik yang dapat kita pikirkan.

Lalu bagaimana dengan astrologi, membaca simbol mimpi di buku primbon dan membaca telapak tangan apakah diharamkan juga oleh ISLAM?? Yah…yang penting JANGAN PERCAYA apalagi meyakini sesuatu yang dapatmempersekutukan Allah SWT yang akhirnya membuat dosa-dosamu semakin tambah berat. HIIIIII………Astagfirullah, Naudzubillahi mindzalik.

“… maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Al-Mu`min : 56)

Sampai bertemu di jurnal saya selanjutnya

More photos on my FLICKR

Update: 2 Feb 2014

Setelah sekian lama tidak bermain tarot, saya melakukan tarot reading lagi baru – baru ini dari website tersebut, dan pembacaan kartunya 95% akurat…Astagfirullah…kartunya benar2 memperlihatkan wujud keinginan / harapan saya…

Berlibur ke Pulau Tidung, Mei 2013

DSC_0083C

Yipiii !!

Akhirnya kesampaian juga berkunjung ke pulau Seribu. Sebenarnya rencana jalan-jalan ini hanya bersifat sekunder ( bukan rencana utama) karena biar bagaimanapun saya memang akan mengunjungi Jakarta karena teman dekat saya yang bernama Ida memang sedang bekerja di Jakarta. Perlu diketahui bahwa saya bukan orang yang senang berkunjung ke kota besar seperti Jakarta karena persepsi saya tentang Jakarta adalah Panasss, sumpek, rame, penuh, macet, gersang, banjir, tingkat kejahatan yang tinggi de el el. Namun begitu, keinginan saya untuk mengunjungi Ida ( mengunjungi Ida lho ya, bukan Jakarta :D ) sudah ada sejak tahun 2011.

Sebelum mengetahui adanya tempat wisata pulau seribu, saya berencana untuk mengunjungi Kebun Raya Bogor atau Cibodas ( info via Googling ) karena yang saya tahu lokasi wisata tersebut memang dekat dengan tempat tinggal Ida yang berada di Depok. Lalu saya mencari alternatif lain wisata apa yang berada disekitar / dekat dengan Jakarta dan akhirnya saya menemukan info wisata kepulauan seribu lebih tepatnya pulau Tidung. Setelah membaca blog travellers yang pernah mengunjungi Tidung saya semakin penasaran apalagi beberapa blog juga mencantumkan foto-foto objek wisata Tidung yang bagus – bagus. Sebagai penggemar foto-foto landscape saya tergerak  untuk mengunjungi pulau tersebut. Keinginan untuk mengunjungi pulau Tidung sudah ada sejak pertengahan tahun 2012 ( saya lupa tepatnya bulan apa ).

( Oke…ceritanya saya potong dulu karena saya ingin memperkenalkan dua teman saya yang lain yang saya mintai tolong untuk menemani saya dalam perjalanan saya mengunjungi Tidung. )

Saya memiliki dua orang teman yang bernama Sita dan Kristi Siallagan, kakak beradik yang merupakan kenalan saya sejak SMP. Kami berkenalan sejak kedua orang tua kami memutuskan untuk aktif bermain olahraga tenis lapangan di kota Manado Sulawesi Utara pada tahun 1996 ( atau 1995 ya ? maaf penulis lupa -_- ). Sekarang ( 2013 ) keluarga saya dan keluarga mereka sama-sama berdomisili di Jogja dengan daerah yang bertetangga-an pula. Benar-benar hanya kebetulan dan bukan direncanakan. Setiap setahun sekali saya, Sita dan Kristi menyempatkan diri untuk bertemu dan moment tersebut hanya terjadi pada saat Sita dan Kristi datang ke Jogja untuk libur merayakan Natal di rumah orangtua mereka di Jogja ( karena Sita tinggal di Bogor sedangkan Kristi di Jakarta ). Setiap mereka Natalan keluarga saya pasti akan datang berkunjung ke rumah keluarga Sita Kristi ( begitu pula sebaliknya kalau kami merayakan Idul Fitri ). Nah..pada pertemuan kami Natal, Desember tahun 2012 lalu, saya menginformasikan kepada mereka kalau saya akan mengunjungi Jakarta dan ingin berlibur ke pulau seribu dan mengajak mereka berdua untuk menemani saya liburan. Ternyata Kristi pernah berlibur ke pulau Tidung dan pulau Pramuka. Nah..semakin kencanglah ajakan saya ke mereka untuk menemani saya liburan :D. Dengan senang hati Kristi menyanggupi permintaan saya, sedangkan Sita masih melihat situasi kondisi nanti. Baiklah ..dalam pikiran saya sepertinya yang bisa menemani saya liburan hanya Ida dan Kristi :(

Tahun 2012 berganti menjadi 2013. Januari ke Februari ke Maret. Sebelumnya saya berencana untuk berkunjung ke Tidung pada bulan April tetapi karena bulan Maret saya liburan ke Bali menemani Femi ( Baca jurnal saya) dan teman saya Ida, liburan ke Singapura dan Malaysia menemani adik saya Lita, sehingga kami pun menunda liburan mengunjungi Tidung menjadi bulan Mei.

Seminggu sebelum keberangkatan saya ke Jakarta, saya menelpon semua penginapan yang terdapat di Tidung, namun semua sudah terisi / Full booking…Saya pun mengontak Ida dan Kisti dan menginfokan kepada mereka kalau penginapan di Tidung sudah penuh. Namun kata Kristi penginapan yang penuh itu karena sudah terisi oleh wisatawan yang ikut paket liburan dan biasanya rumah2 penduduk masih ada yang kosong. “walaupun tak kebagian tempat, tidur beratapkan langit juga jadi” canda Kristi. Sayapun menyetujui usul tersebut diselingin kata “Eaaaaa” sambil tertawa. Dengan modal nekat tersebut, liburan kami ke Tidung TETAP dilanjutkan. ( NoteToSelf : Lain kali kalau mau pergi, pesan dulu sebulan sebelumnya. OK! )

Akhirnya tibalah tanggal yang telah ditentukan. Kamis, 23 Mei 2013 jam 9 pagi, akhirnya saya berangkat juga menuju Jakarta dengan menggunakan Kereta api dari stasiun Tugu Jogja menuju stasiun Jatinegara ( YAY!! ). Perjalanan kereta ditempuh dengan waktu 7 jam dengan fasilitas nyaman dengan harga hanya Rp 107.500 saja karena saya mendapat kelas Executive dengan harga promo ( Alhamdulillah dimudahkan lagi perjalanan saya oleh Allah ). Ini merupakan perjalanan pertama saya menggunakan Kereta Api ( setidaknya perjalanan KA pertama yang saya ingat :p ).

Perjalanan saya menggunakan kereta api sungguh menyenangkan. Saya baru tahu kalau jalur kereta api melewati spot – spot yang sungguh indah yang sayang dilewatkan oleh penggemar foto landscape seperti saya, tetapi karena kereta tidak berhenti saya hanya bisa menggalau sendiri atau lebih tepatnya gemeeees karna saya melewatkan spot-spot bagus tanpa bisa diabadikan :(.

Jam 4 sore, kereta yang saya tumpangi tiba di stasiun Jatinegara, Jakarta. Distasiun saya dijemput oleh Ida. Di Jakarta saya menginap di rumah keluarga Mas Doni dan Mbak Fenty yang merupakan rumah kakak tertua Ida. Dari stasiun Jatinegara saya 2 kali naik Kereta Commuter Line ke Stasiun Lenteng Agung. Ini pertama kalinya saya naik kereta ini. Saya kaget, begitu kereta yang akan ditumpangi berhenti dan pintunya terbuka, saya melihat penuhnya manusia lebih tepatnya wanita yang berada di dalam gerbong tersebut. Rupanya jam sore begini merupakan Jam pulang kerja / jam terpadat penumpang kereta, alhasil saya dan Ida ikut berdiri dan berdesak-desakan  ( gak kebayang kalo ikut desak-desakan di gerbong campuran apalagi ikut kereta ekonomi yang manusianya bergelantungan di pintu sampai atap kereta…aduuuhh ). Setelah 20 menit perjalanan, kami pun turun di stasiun Lenteng Agung dan dari stasiun LA saya dan Ida naik Ojek menuju rumah Mbak Fenty.

Hari Jumat 24 Mei 2013, rencana awalnya saya, Ida dan Kristi menginap di kosan Kristi yang berada di Tangerang agar nantinya sabtu subuh bisa berangkat bersama-sama ke Pelabuhan Muara Angke. Namun karena Ida dan Kristi mengusulkan hal yang sama, yaitu bertemu langsung di pelabuhan Muara Angke jam 6, maka acara menginap bareng ditiadakan.

Sabtu, 25 Mei jam 2013, setelah menunaikan sholat Subuh dan siap-siap, saya dan Ida berangkat ke Muara Angke menggunakan kereta Commuter Line. Harusnya kami bertiga berkumpul jam 6 pagi dipelabuhan, tapi ternyata kami tidak bisa memenuhi janji kami untuk bertemu Kristi di jam yang telah ditentukan. Kami sampai di stasiun Muara Angke saja sudah jam 06.30. Oleh karena itu saya dan Ida mengusulkan agar Kristi berangkat duluan dengan kapal yang telah ada dan tak usah menunggu kami dan Kristi pun menyetujui hal itu. Kristi dan kakaknya ( yang entah siapa karena Kristi meRAHASIAkan nama ‘kakak’ nya ) mengambil kapal yang jam 7 pagi . Kristi merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang artinya Kristi memiliki dua orang kakak kandung, tetapi pada saat itu saya tidak tahu siapa ‘kakak’ yang dimaksud  apakah Sita atau kakak tertua ( Abang Bin ) atau kakak sepupunya sampai kami bertemu di Dermaga Pulau Tidung, dan hal itu akan saya ceritakan di paragraf selanjutnya.

Sabtu 25/5 Jam 06.30, begitu kami menyentuh stasiun Muara angke kami pun mencari transport menuju ke pelabuhan. Awalnya yang terpikir oleh kami yaitu naik ojek, namun ojek yang tersedia dilokasi hanya terdapat satu sehingga Ida berinisiatif untuk menggunakan Bajaj sebagai transportasi kami. Setelah menemukan Bajaj, Ida dan supir Bajaj pun bernegosiasi harga. Pak supir meminta Rp 25.000 tapi Ida menawar harga tsb dan akhirnya kami deal dengan harga Rp 20.000. Setelah deal naiklah kami di Bajaj tersebut. Mula-mula jalanan lancar dan tidak ada hambatan hingga kami tiba di pertigaan menuju pelabuhan Muara Angke yang MUACEET TENAAAAANN! Yang sudah pasti merupakan rombongan mobil wisatawan pulau seribu. Karena situasi jadi kacau seperti ini, saya pun bertanya ke pak supir Bajaj “Pak, kalau dari sini ke pelabuhan jalan kaki berapa lama ya pak ?” dan Pak Supir pun menjawab “mungkin seperempat jam neng”…Lalu saya dan Ida mempertimbangkan bagaimana kalau kami jalan kaki saja. Setelah mengungkapkan kalau kami ingin berjalan kaki saja ke pak supir, pak supir rupanya merasa keberatan ( dapat dilihat dari bahasa tubuh pak supir tsb ) dan bapaknya mengusulkan agar  kami tetap di Bajaj. Pak supir pun langsung bekerja extra untuk mendapatkan jalan bagi kami dengan cara : setelah memanfaatkan celah – celah kecil antar mobil, dari tengah jalan, pak supir pun mengambil jalan menuju ke pinggir sebelah kiri yang kosong dan bapaknya langsung TANCAP GAS DAN NGEBUUUUT !! Karena Bajaj ngebut di jalan berbatu dan tak rata, saya dan ida pun terpental-pental dibelakang Hahaha !! Sesungguhnya kami jadi merasa terharu karena bapaknya mau bekerja extra untuk mengantar kami :’). Setelah selesai kebut – kebutan dan nyempil sana sini, sampailah kami di tujuan kami dan rupanya Ida membayar pak supir Rp 24.000 ( yang saya ketahui baru hari ini minggu 26/5 karena kata Ida bapaknya berusaha banget ) hahaha…

Jam 7 lewat beberapa menit, kami pun melanjutkan perjalanan menuju dermaga. Jalanan yang kami tempuh banjir, becek dan berbau amis ikan. Begitu sampai didermaga, masya Allah, ribuan orang bisa dipastikan sudah berkumpul di sana menunggu keberangkatan kapal menuju pulau seribu. Sudah pernah melihat berita mudik dengan menggunakan transportasi kapal pada saat libur lebaran di TV ?? atau malah pernah mengalami langsung ?? nah HAMPIR seperti itulah situasi kami pada saat ini. Karena 25 Mei adalah tanggal merah walaupun hari sabtu maka wisatawan menuju pulau tidung membengkak. Sungguh dapat disamakan dengan mudik lebaran yang identik dengan penuh sesak / ramai >_<. Wooghh….pokoknya pelabuhan penuh dengan remaja, keluarga ataupun rombongan yang akan mengunjungi kepulauan seribu. Setelah sejam lebih menunggu, saya dan Ida (bersama ratusan orang lainnya) akhirnya menaiki Kapal yang tersedia. Kapal yang kami tumpangi cukup besar dan kami menempati bagian atas Kapal. Jam 9 pagi, kapal kami yang penuh pun berangkat. Saya sempat kecewa dengan cuaca hari ini yang mendung padahal sehari sebelumnya cuaca sangat cerah. Cuaca mendung ( tetapi tak hujan ) mengikuti perjalanan kapal kami. Setelah satu jam perjalanan saya melihat langit di bagian kiri saya yang mulai terang dan terlihat awannya. Saya pun mengucap syukur kepada-Nya dan optimis dengan cuaca yang akan datang karena saya yakin ( insya Allah ) Allah mendukung niat saya untuk mengabadikan keindahan ciptaan-Nya dalam bentuk gambar.

Di dalam kapal, saya dihubungi oleh nomor tak dikenal yang menanyakan saya sudah sampai di pulau tidung apa belum. Nomor telpon tersebut belum ada di kontak saya, tapi karna si pemilik nomor menyebut nama saya, maka saya mengira nomor tersebut adalah nomor Kristi ( Maklum, saya orang yang suka positive thingking :p ). Berikut percakapan kami :
0857xxxx : “dimana mit”
saya          : “di kapal, udh brngkt dr jam 9 tadi..mungkin nyampe jam 12…ada penginapan kah ?”
0857xxxx : “kami masih di kapal”
Nah lho…saya dan Ida menjadi bingung. Kok jam 11 masih di kapal ?? padahal mereka mengambil kapal jam 7 pagi. Untuk diketahui bahwa perjalanan menggunakan kapal dari pelabuhan Muara Angke menuju pulau Tidung paling lama memakan waktu 3 jam.

Jam 12, Sampailah saya dan Ida di dermaga pulau Tidung disambut oleh cuaca cerah DAN BERAWAN ( HOREEEE!!! ) . Alhamdulillah segala puji bagi Allah . Kami pun turun ke dermaga langsung menuju bapak-bapak ojek becak motor. Kami pun mengobrol untuk meminta bantuan bapaknya untuk mencarikan kami penginapan. Dengan ditemani bapak tersebut dan becak motornya kami pun mencari-cari penginapan rumah penduduk. “Penuh neng, coba tadi pagian masih ada”, itulah jawaban beberapa pemilik penginapan yang kami tanyai :'(. Kami pun melanjutkan perjalanan masih ditemani bapaknya untuk mencari penginapan lain. Alhamdulillah setelah bertanya ke seorang ibu-ibu ternyata masih ada satu kamar yang masih kosong. Kami pun diajak untuk melihat-lihat kamar itu terlebih dahulu. Memang kamar tersebut sungguh sangat seadanya tapi tak ragu – ragu saya pun mengambil kamar tersebut dari pada harus mencari lagi. Biaya menginap semalam Rp 250.000; kami share ber-4. Setelah mengurusi administrasi pembayaran, kami pun istirahat sejenak dan mengabari Kristi kalau kami sudah menemukan penginapan dan Kristi mengabari kalau 30 menit lagi kapal mereka berlabuh. Setelah istirahat sejenak saya dan Ida berjalan menuju dermaga. Sementara menunggu Kristi, kami beristirahat di warung terdekat untuk mengisi perut. Kapal mereka akhirnya berlabuh, sayapun menuju ke dermaga untuk menjemput mereka sementara Ida tetap menunggu diwarung untuk melanjutkan makan siang. Nomor tanpa nama ( yang saya kira merupakan nomor Kristi ) menghubungi saya dan bertanya lokasi pertemuan. Rupanya mereka telah melihat saya dari jauh, bahkan sebelum saya sempat menyebutkan lokasi pertemuan. Sungguh kaget mengetahui kalau nomor telpon tersebut merupakan nomor Sita dan bukan nomor Kristi….Waaaaahhh kami bertigapun berpelukan >O<…saya sangat senang sekali akhirnya Sita bisa ikutan padahal sebelumnya susaaaah banget membujuk Sita untuk ikut liburan ke Tidung. Kristi cerita kalau dia “menculik” Sita hahaha…….
Setelah temu kangen di dermaga kami langsung menuju warung tempat Ida makan siang. Sebelumnya Ida dan Sita Kristi belum pernah bertemu, jadi saya mengenalkan mereka bertiga dan rupanya langsung cocok ( Alhamdulillah ^^ ). Karena Sita dan Kristi belum makan, mereka pun menyusul Ida untuk ikut makan siang di warung tersebut. Sedangkan saya entah mengapa seharian tersebut malas makan nasi hanya ngemil melulu. Sayapun bertanya mereka naik kapal yang jam berapa dan mereka menjawab kalau mereka mengambil kapal yang jam 7 pagi, namun karena kapal mereka terbawa ombak, akhirnya kapal mereka terhenti di pulau Untung terlebih dahulu…Ooohh…Akhirnya saya paham mengapa mereka sampai di Tidung sangat terlambat.

Selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan untuk meletakkan tas barang yang dibawa Sita-Kristi dan istirahat sejenak untuk bersiap-siap menuju ke “Jembatan Cinta”, jembatan yang merupakan icon pulau Tidung. Jam 2 siang, kami pun mulai melanjutkan perjalanan menuju ke Jembatan. Sebelum pergi kami ingin menyewa sepeda terlebih dahulu, tetapi rupanya sepeda-sepeda tersebut sudah Full Booking ( aduh! ). Dengan semangat yang masih full, kami menuju ke Jembatan dengan berjalan kaki. Jarak dari penginapan menuju jembatan dengan berjalan kaki lumayan jauh namun tak terasa karena kami menikmati perjalanan kami. Pemandangan indah sudah siap untuk diabadikan.

Sesampainya kami di Jembatan, kami langsung bernarsis ria sejauh jembatan itu terbentang hahaha . Setelah puas foto-foto, misi kami selanjutnya adalah menunggu matahari tenggelam. Karena posisi Sunset berada di Tidung besar, berarti kami harus berjalan menuju Tidung kecil untuk mendapatkan spot yang pas. Untuk diketahui bahwa jembatan tersebut menghubungkan Tidung besar dan Tidung kecil. Sementara menunggu Sunset, kami duduk-duduk di meja kursi yang terdapat di bawah pohon ( Penulis lupa pohon apa. Mungkin sejenis cemara laut ). Semakin sore, awan mendung gelap semakin menghampiri kami. Untungnya jarak matahari sudah lumayan rendah dengan horizontal bumi jadi saya bisa sedikit mengambil foto sunset .

DSC_0088A1

Hujan pun datang, sesungguhnya saya belum puas dengan foto-foto sunset yang saya ambil. Namun apa daya hujan terus turun dan memaksa kami untuk berlari menempuh jarak jembatan yang 800 meter itu ( info via Googling ) menuju Tidung besar dan sekitar 700an meter lainnya untuk sampai di penginapan yang kami tempati. Karena berlari menempuh jarak yang jauh, kaki saya dan Sita sampai melepuh . Kami menghabiskan malam dengan tidur tanpa makan malam terlebih dahulu ZZzzzz…….

Minggu 26/5 jam 4 Pagi. saya pun bangun dan bersiap-siap untuk mengabadikan Sunrise. Setelah menunaikan sholat subuh,  saya dengan ditemani Ida ( Makasih ya Da :* ) keluar dari penginapan menuju ke Jembatan Cinta. Suasana sepanjang jalan masih gelap dan sepi dengan angin pantai yang kecang dan dingin. Karena kanan dan kiri kami masih gelap gulita kami mempercepat langkah kami dan hampir berlari. Kami pun tiba diwarung yang didepannya terparkir becak motor namun tanpa supir.  Tadinya saya dan Ida berencana untuk menaiki kendaraan tersebut . Kami pun bertanya tentang pak supir ke dua orang pemuda yang kebetulan berada di depan warung tersebut. Rupanya dua pemuda tersebut juga pendatang dan tidak tahu menahu tentang supir becak motor tsb. Masnya pun bertanya ke ibu-ibu pemilik warung, dan mendapatkan jawaban kalau pak supirnya sedang pergi sebentar. Oleh sebab itu mas-mas tersebut menawarkan diri untuk menemani kami ( Alhamdulillah..ada teman perjalanan). Kami pun berkenalan dengan dua orang tersebut, Mas Beri dan Mas Firman. Kami mengetahui rupanya mereka mendirikan tenda di belakang warung yang kami tanyai tadi dan rombongan mereka ada bersepuluh. Sampailah kami berempat di Jembatan. Matahari hampir muncul, tak menyia-nyiakan waktu saya pun langsung mengambil foto. Alhamdulillah pengambilan foto pertama suasana belum terlalu ramai .

Tidung's Sunrise (3)

Tidung's Sunrise (4)

Satu jam pun berlalu, setelah puas foto – foto ( sebenarnya belum puas, namun karena jembatan penuh dengan ratusan wisatawan ) kami pun pulang menuju ke tempat masing-masing. Kami berpisah di warung pertama kali kami bertemu dua mas-mas tsb, dan mengucapkan terima kasih karena telah menemani saya dan Ida. Setelah berpamitan, kami langsung menuju ke penginapan untuk menjemput Kristi dan Sita dan bersiap-siap mengepak barang untuk pulang ke Jakarta. Begitu sampai di dermaga, kami langsung menuju kapal dengan membeli tiket terlebih dahulu. Jam 8 pagi, kapal pun berangkat meninggalkan pulau Tidung. Penumpang kapal ini masih sepi, tidak seperti jumlah penumpang pada saat kami pergi ke pulau. Misi saya kali ini sukses Alhamdulillah.

Minggu 26/5 Jam 10.30 Kapal yang kami tumpangi bersandar di pelabuhan Muara angke. Setelah turun dari kapal kami berempat berpamitan dan akhirnya berpisah . Liburan kami bulan ini telah berakhir secara resmi. Sungguh liburan yang singkat dan padat, kata adik saya, Lita -_-.  Sekarang disinilah saya, di tempat tinggal Ida daerah Depok menulis jurnal ini yang belum tau kapan diterbitkan karena masih menunggu untuk pulang dulu ke Jogja yang rencananya pada hari Kamis 30/5 bersama adik saya Lita yang juga akan datang ke Jakarta besok ( Senin 27/5 ).

Hari terakhir saya dan Lita di Jakarta Rabu 29/5 bermain bersama Ajeng dan Aulia. Makan malam di Gokana  Ramen & Teppan ( Thanks to Mb Fenty, Ms Dony, Ida :* )

Oke…sampai bertemu di jurnal berikutnya…Tetap cintai dan dukung pariwisata Indonesia…See Ya :D

Nambah :
– Banyak pengalaman baru yang saya temukan di Jakarta. Naik Kereta api, kereta commuter Line, naik kereta berdiri sambil desak – desakan, naik angkot, naik Busway, naik kapal laut…Baru kali ini saya liburan irit ala backpacker begini alhasil pengeluaran liburan kali ini jauh lebih rendah dari budget yang direncanakan (Alhamdulillah).
– Saya mengetahui bahwa air yang tersedia untuk mandi di penginapan merupakan air asin yang sudah difilter ( namanya juga pulau kecil, jarang tersedia air tawar )
– Untuk penduduk Tidung sebaiknya diadakan gerakan membersihkan pantai …Banyak sampah yang berserakan disepanjang pantai sangat mengurangi keindahan alamnya :(

Penulis ingin berterima kasih kepada :
– Allah Subhanahu Wa Ta’ala,  atas dimudahkan perjalanan saya, atas indahnya pemandangan dan cerahnya cuaca, atas tersedia harga KA Executive promo, atas datangnya bapak pengangkut barang KA disaat saya lupa atas tersedianya layanan tersebut. Kadang-kadang saya berfikir pak tua tersebut dikirim oleh-Mu agar saya ini tidak bingung naik KA untuk pertama kali, atas dibebaskan biaya tranportasi pergi ke pulau, atas tersedianya satu – satunya penginapan dadakan yang masih kosong di pulau Tidung disaat wisatawan membludak, atas kesehatan teman2 saya Ida, Sita, Kristi sehingga kami dapat berlibur sama-sama dan atas segala-galanya yang tak dapat disebutkan satu persatu *penulis terharu*

– Keluarga saya dirumah yang mendukung hobi saya.

– Keluarga Mas Doni dan Mbak Fenti ( yang merupakan Kakak tertua Ida ) tempat saya menginap di Jakarta..Terima kasih mau menerima saya dan adik saya dan makasih udah mengizinkan saya membaca Novel Historical Romancenya :D ..Wooghh…Senang ternyata kita sama-sama penggemar Historical Romance jadi bisa berdiskusi…seperti yang sudah saya bilang : “Perpustakaan mbak Fenti, surga bagi saya” hahaha.

– Teman-teman saya : Ida, Sita, Kristi yang sudah meluangkan waktu untuk menemani saya berlibur walaupun mereka sibuk…I LOVE LOVE U ALL SO MUCH !!

Untuk foto-foto Pulau Tidung dan lainnya kunjungi Flickr saya

Plurk deactivated

Okay..So, this morning I just deactivated my Plurk account..It was fun while it lasted, but this SN has lost its appeal to me…Selain karena saya orangnya jarang update status dan cepat bosan, teman-teman dekat saya berpindah haluan ke sosial network lain such as WhatsApp, WeChat, LINE dll dll *pusing…pusing*….

Jadi saya putuskan hanya menggunakan WhatsApp, Line, deviantART dan Flickr sebagai sosial media saya ..( Now I’m addicted to LINE XD )..

G’bye Plurk menyenangkan bisa mengenalmu walau hanya 2 tahun :)

ps : Oppss…I forgot to mention my 2 years old Twitter

By Emita Hidayaty Posted in Others

Selamat Datang bulan April 2013

Aaaah…I can’t believe it’s April already !!…where did the time go?

March for me was full of ups, downs and complete madness : ))..March is the most happening month of 2013 : My birthday, my impulsive and spontaneous actions hahaha…Gosh, I still remember ( and I won’t forget! ) those moments when we went on a vacation trip for a week ( Yeah!!)…
We definitely had a great time and some memorable times there ( how I wish I could relive those times )..

I wanna say thank you Allah for giving me the VERY BEST March for me..Month full of hopes, love, family and happiness..
Good bye and thank you March. Stay awesome like always!! :)…and April, please be nice to me ;)

PS :
Songs of the month : Senyumanmu, Cinta bersabarlah, Yang Kusebut sayang, Relung hati, Sebenarnya cinta, Lubang di hati …all songs by LETTO.
( Idk why, but those songs remind me of our trip… )

By Emita Hidayaty Posted in Others

Seminggu menikmati Indonesia

Image

Liburan tahun 2013 diawali pada bulan Maret dimana saya kedatangan teman semasa kuliah yang bernama Yofemia ( Femi ) yang datang dari Medan (HORAS! ^^). Femi ingin menghabiskan masa cuti 2 minggunya di Jogja. Seminggu sebelum kedatangan Femi di Jogja, kami membuat daftar tempat wisata yang ingin kami kunjungi. Sebagai tuan rumah yang baik (eaaaa), saya menyarankan beberapa tempat wisata diantaranya menikmati sunrise di Dieng. Rupanya Femi juga tertarik untuk mengunjungi pulau dewata Bali pada minggu kedua liburannya dan meminta saya untuk menemaninya ke Bali, tetapi saya menolak dengan alasan karena saya sudah pernah datang ke sana dan ( lagipula ) tempat wisatanya saya pikir cuma itu-itu saja. Alasan kedua adalah saya akan mengunjungi Pulau Seribu di bulan April – Mei mendatang, oleh sebab itu saya pikir alangkah baiknya apabila tidak terjadi pemborosan di waktu-waktu terdekat. Dan alasan yang paling utama adalah karena saya adalah seorang Aeroacrophobia ( takut tempat tinggi dan terbuka..Dengan kata lain : takut naik pesawat >< ). Namun ternyata alam berkehendak lain. Sepertinya liburan saya bulan ini 1000% direstui Allah S.W.T, mulai dari cuaca, akomodasi hingga teman-teman yang kami temui selama perjalanan kami. Untuk cerita selengkapnya akan saya beberkan diparagraf selanjutnya.

Singkat cerita tibalah Femi dengan sehat dan selamat di bandara Adi Sutjipto Jogja pada hari Rabu 6 Maret jam 4 sore. Rupanya Femi ingin sesegera mungkin menikmati waktu liburannya dan mengajak saya untuk menikmati malam harinya di Malioboro. Saya masih ingat kalimat yang menggebu-gebu diucapkannya kepada saya pada saat kami berada didalam taksi dari bandara menuju rumah “Mit, pokoknya kamu harus temani aku jalan-jalan, jangan capek ya”. Saya berkata “tenang saja, kalo capek ya pijit-pijitan”. Saya sudah khawatir lebih dulu, karena saya memang bukan orang yang kuat jalan-jalan. Malam harinya kami pun meluncur ke Malioboro untuk jalan-jalan dan membeli oleh-oleh. Namun karena masih banyak barang yang belum didapat, dan waktu telah menunjukkan jam 9 malam, kami pun menunda pencarian oleh-oleh hingga keesokan harinya.

Selain Malioboro, pantai Parang Tritis juga berada dalam daftar wisata yang ingin dikunjungi teman saya selama berada di Jogja. Kamis (7/3) jam 5 pagi, kami pun berangkat ke pantai Parang Tritis untuk menikmati pagi hari kemudian dilanjutkan ke Malioboro untuk melanjutkan membeli oleh-oleh yang tertunda. Kami mengelilingi Malioboro sampai jam 1 siang. Kemudian pulang untuk siap-siap berangkat ke Dieng jam 9 malam nanti. Perjalanan ke Dieng memakan waktu 4 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dan saudara sepupu saya sebagai sopir.

Hari Jumat (8/3) jam 1 malam dalam perjalanan kami ke Dieng, kami agak tersesat. Bahkan tekhnologi GPS pun tak banyak membantu ( iya, karena GPS mengarahkan kami kejalur sempit alternatif dan menyesatkan! ). Kami pun memanfaatkan teknologi TPS ( Tanya Penduduk Sekitar). Untung saja kami menemukan Rumah Sakit yang masih terang benderang walaupun sepi tak ada pasien. Di sebelah RS tersebut terdapat warung kecil yang masih dalam keadaan buka. Rupanya penjaga warung tersebut sedang menonton sepak bola di layar kaca ( makanya belum tidur ). Kami pun bertanya tentang tujuan kami. Setelah mendapatkan petunjuk yang akurat, kami bertiga melanjutkan perjalanan. Tujuan yang kami cari adalah Gunung Sikunir, tempat untuk melihat Golden Sunrise dari puncak bukit. Setelah kebingungan mencari arah dalam kegelapan (Dieng gelap tanpa penerangan jalan), dan melewati jalan naik turun bebatuan kami pun tiba di bawah gunung sikunir. Disitu terdapat areal parkir yang luas tapi tanpa penerangan sehingga kami hanya dapat mengandalkan lampu dari mobil. Kami tiba dilapangan parkir jam 3 pagi bersamaan dengan sebuah mobil pendaki lain. Dengan udara dieng yang dinginnya menusuk tulang, saya dan Femi memutuskan untuk tetap berada di dalam mobil hingga tiba waktu kami untuk mendaki bukit. Walau sudah memakai jaket, sarung tangan, kaos kaki, topi kupluk, dan selimut besar dan tebal kami pun masih merasa kedinginan. Jam 4 pagi pun tiba, bersama pemandu dan 4 orang pendaki lain, kami pun memulai perjalanan menuju puncak bukit. Dipuncak terdapat dua pos. Pos pertama lebih rendah dari pos kedua dan kami memilih pos kedua yang berjarak beberapa ratus meter ke atas dari pos pertama karena kata pak pemandu pemandangan lebih indah terlihat dari pos kedua. Perjalanan dari lapangan parkir ke pos kedua kami tempuh 30 menit dengan medan berbatu, suasana gelap hanya ditemani 4 lampu senter, becek, licin, berlumut dan kiri kanan semak-semak yang basah karena embun. Karena sunrise muncul sekitar jam 05.30 kami pun menunggu hingga kami kedinginan. Tak adanya bangunan pelindung dari angin puncak, membuat saya dan Femi menggigil ( tips: kalo mau mendaki bawalah sarung tangan ganti, minuman hangat, selimut walaupun tipis, dan api serta sumbunya. Kalo kuat bawa kompor gas, bawa saja daripada kedinginan di puncak bukit). Hingga jam 6 pagi matahari pun belum muncul karena tebalnya kabut. Walaupun matahari masih malu-malu, (dengan tangan kebas dan gigi bergemeletuk) tetep dong kami narsis ria. Oh iya, sementara menunggu Sunrise, saya dan Femi berkenalan dengan 2 dari 4 orang pendaki yang telah saya sebut sebelumnya. Mbak Desi, Mbak Echa ( dan dua orang lagi mas-mas yang saya tidak tahu namanya ). Mereka berempat merupakan satu rombongan. Di atas, kami pun foto-foto ria perseorangan maupun grup. Jam 06.30 Pemandangan mulai tampak. Sebagai fans berat keindahan alam, saya pun ber ‘Oh Waw’ ria menikmati indahnya kreasi Tuhan semesta alam. Setelah menuruni bukit dengan medan yang berbatu dan licin, tibalah saatnya kami berpisah dengan mbak dan mas itu. Femi dan mbak Echa bertukar pin BB berjanji untuk saling mengirimi foto hasil jepretan kami di puncak Setelah puas menikmati keindahan alam Dieng ( Gunung Sikunir dan Candi Arjuna ), kami pun pulang ke Jogja jam 10 pagi . Perjalanan pulang kami tempuh dengan waktu 5 jam.

Hari sabtu tiba, kami memanfaatkan waktu dengan bersantai dan melakukan persiapan kami ke Bali pada hari minggu malam ( Yup! akhirnya kami pun akan pergi ke pulau dewata Bali ).

Hari minggu (10/3) jam 11 malam waktu Bali sampailah kami di Bandara Ngurah Rai ( tak perlu saya ceritakan bagaimana takutnya saya berada di dalam pesawat). Kami langsung menuju penginapan di daerah Kuta untuk beristirahat di antar oleh bli Kadek ( sopir wisata kami untuk hari Rabu mendatang ).

Senin (11/3) pagi pun tiba. Rencana kami hari ini adalah mengunjungi pantai Kuta dan Garuda Wisnu Kencana. Setelah sarapan di penginapan, kami pun menyewa motor. Saya baru tahu, kebanyakan motor yang disewakan merupakan motor matic dan saya belum pernah sekalipun mengendarai motor matic. Dengan modal nekat, kami (saya sebagai pengemudi, Femi pembonceng) akhirnya mengendarai motor tersebut dan begitu keluar dari penginapan, kami hampir menabrak trotoar dan mobil sekitar. Jarak penginapan dan pantai Kuta tidak jauh hanya sekitar beberapa ratus meter. Saya memanfaatkan jarak tersebut untuk membiasakan diri saya dengan si matic. Begitu pusingnya saya mengetahui kaki kiri bukan lagi untuk memindah gigi motor, dan kaki kanan tidak lagi berfungsi sebagai rem. Sangking takutnya, saya pun membawa si Matic dengan kecepatan siput ( biar lambat asal selamat sampai pantai hahaha ). Setelah beberapa menit kemudian tibalah kami di pantai Kuta. Pantai yang indah dan cuaca yang cerah. Subhanallah tak lupa saya memuji dalam hati hasil kreasi-Nya. Setelah puas di pantai Kuta, kami pun melanjutkan perjalanan ke GWK ( Garuda Wisnu Kencana) dengan diawali dengan bertanya arah pada tukang parkir pantai Kuta. Tidak susah bepergian dengan motor di Bali karena disana banyak petunjuk arah. Dan kalau bingung kita dapat bertanya arah pada penduduk sekitar yang ramah. Akhirnya setelah beberapa menit kemudian, saya pun bisa menaklukkan si Matic dengan menaikkan kecepatannya. “Cieeh yang sudah bisa ngebut” kata Femi. Saya pun tersenyum. Sangking enaknya mengendarai motor matic, saya pun tak sengaja melanggar lampu lalu lintas yang berubah dari lampu kuning ke merah di pertigaan jalan raya menuju daerah Uluwatu dan GWK (aduh! Jangan ditiru). Setelah bertanya sana sini tentang tujuan kami, sampailah kami di GWK. Jalan menuju GWK sangat asri, kami pun sering berhenti untuk foto-foto. Saya pun tertawa berceletuk pada Femi “Sepertinya kita gak bakal sampai ke patung GWK  kalo sebentar-sebentar kita berhenti untuk foto-foto” pendapat tersebut disambut tawa persetujuan dari Femi. Setelah puas foto-foto, tibalah kami di lapangan parkir GWK. Kami membeli tiket dan masuk ke dalam. Begitu masuk kami pun foto – foto. Karena kami hanya berdua, kami saling bergantian untuk mengambil foto. Tibalah kami di bagian kepala sang patung garuda. Pada saat saya mengambil foto Femi, ada seseorang di samping saya yang menyapa kami ( yang kemudian akan menjadi teman perjalanan kami selama 4 hari kami berada di Bali ). “Berdua aja mbak ? Mau difotoin ?” itulah kalimat pertama yang diucapkan teman baru kami, Yassir, kepada kami. Dengan senang hati, saya pun memberikan kamera HP milik Femi kepada Yassir untuk mengambil foto kami berdua. Kami pun berkenalan dengan Yassir, yang ternyata juga berasal dari Medan (sama seperti Femi) dan seorang diri dalam perjalananannya mengunjungi Bali. Karena sesama orang Medan ( menurut saya sepertinya juga karena mereka sama-sama rendah hati, humoris, dan pandai bergaul) Femi dan Yasir langsung cocok. Femi pun bertanya tentang penginapan yang ditempati Yassir. Ternyata sehari sebelumnya dia pernah menginap di penginapan yang sekarang kami tempati. Tetapi berhubung besok (12 maret) Nyepi, Yassir pun memilih untuk pindah ke penginapan yang ada fasilitas kolam renang yang berjarak 100 meter dari tempat kami menginap ( pada saat Nyepi, berenang masih diperbolehkan ). Selain ada kolam renang, tarif permalamnya lebih murah. Itulah mengapa kami berniat untuk pindah ke penginapan yang Yassir tempati. Setelah dari GWK, kami pun menuju penginapan kami untuk check out dan pindah sebelum jam 12. Singkat cerita, kami pun pindah ke penginapan baru dan menempati kamar yang bersebelahan dengan kamar Yassir. Setelah beberes barang-barang di penginapan, kami bertiga melanjutkan mencari makan siang. KFC daerah Kuta menjadi tujuan kami. Sehari sebelum Nyepi, kegiatan di Bali berkurang mulai jam 12 siang karena sore hingga malam ( bahkan ada yang sampai jam 2 pagi ) akan diadakan festival Ogoh – Ogoh. Setelah makan siang, kami bertiga balik ke penginapan untuk istirahat dan kemudian melanjutkan untuk melihat festival sore harinya.
Jam 5 sore, kami bertiga keluar penginapan menuju tempat iring-iringan ogoh – ogoh di Jalan Legian. Legian rupanya sudah tumpah ruah oleh turis asing maupun lokal yang ingin ikut menyaksikan kemeriahan dari festival tersebut. Terdapat bemacam-macam ukuran, bentuk dan warna ogoh-ogoh yang masih diletakkan di sepanjang jalan Legian. Setelah selesai menikmati berbagai macam bentuk Ogoh-ogoh kami pun bergegas ke Pos tempat atraksi yang beberapa menit lagi akan dilaksanakan.  Begitu sampai di Pos atraksi kami pun mengambil tempat yang paling strategis untuk melihat atraksi. Tempat duduk hanya disediakan untuk para tamu undangan. Dan para penonton telah ramai dan berbaris duduk di trotoar dan pinggir jalan raya. Kami bertiga duduk di bawah trotoar lebih tepatnya duduk beralaskan aspal (tetapi sangat strategis). Akhirnya acara dimulai dengan sambutan dari ketua acara sebagai pembuka. Inilah kali pertama saya melihat secara langsung festival Ogoh – Ogoh yang ternyata keren dan mengagumkan . Kreativitas pemuda dan pemudi Bali benar-benar tertuang dalam festival ini. Baik dari musik, cara penyajiannya, maupun bentuk Ogoh-Ogoh tersebut. Saya bahkan mengagumi salah satu peserta yang menggabungkan musik bali, musik timur papua, cerita rakyat, musik hip hop dan gerakan modern dance ala barat. Mungkin hanya peserta yang satu ini yang membuat saya bertepuk tangan dan berteriak keras hingga hampir habis suara. Ahh…pokoknya festival ini keren banget.

DSC_0110

Karena kurangnya pengetahuan kami tentang adat Bali, percakapan kami pun disela oleh seorang anak lelaki remaja penduduk lokal yang duduk tepat di depan kami  ( mungkin anaknya gemes terhadap ketidaktahuan kami >_<) dan menjelaskan semua hal yang kami tanyakan tentang festival ini ( makasih dek atas keramahan menjawab pertanyaan kami ^^ ). Waktu menunjukkan jam 11 malam, Ogoh – ogoh terakhir telah ditampilkan dan penonton mulai bersiap untuk pulang berisitirahat. Kami pun berdiri dan pergi untuk mencari makan malam. Karena disitu terdapat Rumah Makan Padang, akhirnya kami memutuskan untuk makan makanan Padang. Perlu diketahui bahwa Femi sangat anti dengan masakan padang. Karena menurutnya masakan Padang sering dipanasi hingga berhari-hari dan itu sangat menjijikkan. Namun karena kami semua sudah lapar dan besok adalah hari Nyepi ( dimana manusia dilarang berkeliaran apalagi masak dan membuka tempat makan), akhirnya Femi menyerah dan ikut makan juga (hahaha). Setelah makan malam, kami pun balik ke penginapan dan beristirahat.

Hari Selasa, hari Nyepi. Saat dimana biasanya kawasan 24 jam ramai dan terang benderang sekarang berubah menjadi kota mati. Seharian itu kami isi dengan makan tidur baca buku kemudian tidur, bangun makan baca ngobrol sama tetangga (Yassir dan kawan-kawan). Benar – benar hari yang membosankan dan sangat tidak produktif bagi turis seperti kami. Malam pun tiba, kami mematikan lampu kamar. Suasana gelap tersebut saya isi dengan makan dan tidur. Sedangkan Femi mengisi waktunya dengan ngobrol dengan orang-orang baru dan menentukan tempat wisata untuk keesokan harinya.

Hari rabu pun tiba (YAY!! Nyepi berakhir). Kami bersiap untuk perjalanan jauh ke daerah Kintamani dan sore harinya menikmati sunset di Tanah Lot. Dari dua orang kemudian berubah menjadi sepuluh orang. Kami pun menyewa 2 mobil. Masing-masing mobil diisi 5 orang. Tarif permobilnya dikenai Rp 450.000 sehingga biaya perorang Rp 90.000. Pemandu wisata kami adalah sopir kami yang bernama bli Kadek dan bli Gede yang merupakan kembar adik – kakak. Tujuan kami pertama adalah melihat koleksi Batik. Saya lupa nama tempatnya. Tapi sebagai warga Jogja, batik sudah merupakan hal biasa bagi saya. Setelah kami puas melihat-lihat, kami pun melanjutkan perjalanan ke Tampak Siring tetapi ternyata tutup. Kemudian kami melanjutkan ke Tirta Empul. Begitu kami tiba disana, tempat wisata tersebut telah ramai oleh turis lokal maupun manca, dan warga bali yang sedang melakukan upacara keagamaan. Foto – foto, tentu saja tak lupa kami lakukan. Setelah puas di Tirta Empul, kami pun melanjutkan perjalanan ke Danau Batur. Cuaca yang cerah dan angin yang sejuk menyambut kami begitu turun dari mobil. Di trotoar sudah terdapat banyak turis dan penjual yang menjajakan barang dagangannya yang berupa gelang, ikat rambut dan lainnya. Kami pun berpuas diri narsis ria dengan latar belakang Danau Batur . Sekali lagi saya memanjatkan puji-pujian atas ciptaan Allah S.W.T . Setelah puas menikmati indahnya danau Batur, kami melanjutkan perjalanan ke suatu tempat perkebunan kecil yang didalamnya terdapat binatang luwak. Karena saya belum pernah melihat binatang Luwak secara langsung, saya pun tertarik untuk secepatnya bertemu binatang terebut. Kami diajak pemandu perkebunan untuk melihat macam-macam pohon yang mereka rawat mulai dari kopi, salak, vanili, kayu manis dan lainnya. Begitu saya dan rombongan sampai di kandang luwak, ternyata si Luwak sedang tidur ( saya baru tahu Luwak tidur dengan mata terbuka ). Saya pun tak lupa untuk mengambil gambar si Luwak ( foto Luwak pertama saya ) . Setelah diberi penjelasan tentang proses pengeringan dan pemasakan kopi, kami diberi tester 5 macam minuman: Bali Coffee, Bali lemon tea, Bali ginger tea, Bali gingseng coffee dan Bali cocoa . Saya memilih Bali gingseng coffee, karena warnanya yang menyerupai coffee moka. Rasanya ternyata sungguh lezat, mengingatkan saya akan rasa suatu produk yang tersedia di rumah yang memang menjadi minuman favorite saya. Selain Bali gingseng coffee, saya juga penasaran dengan Bali coffee. Dan setelah mencoba rasanya ternyata sangat pahit ( Ya iyalah, rupanya saya lupa untuk menambahkan gula ). Setelah mencoba tester dan membeli produknya, kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari makan siang. Dan rupanya rombongan mobil yang satunya lagi memilih untuk berhenti makan siang di ( TERERENG……)  Rumah Makan Padang!! Sambil terkejut, saya dan Yassir langsung melirik Femi dan saya langsung menyanyikan lirik lagu Cherry Belle ” Don’t cry, don’t be shy” untuk Femi sambil tertawa-tawa. Dan saya pun menepuk-nepuk bahunya agar tabah hahahaha….
Setelah selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot. Kami tiba di Tanah Lot pada jam 4 sore. Cuaca yang cerah memberi kami harapan akan datangnya Sunset yang mengagumkan. Saya, Femi dan Yassir tak membuang-buang waktu untuk segera menikmati indahnya pemandangan Tanah Lot. Kami bertiga langsung menuju ke tepian pantai yang berada agak jauh dari pura agar kami mendapatkan spot yang bagus untuk sunset nanti. Matahari tenggelam pada jam 18.30 yang berarti kami bertiga berpanas-panas ria selama 2 jam. Selama menunggu sunset, kami mengisi waktu dengan foto-foto narsis dan mencari tempat istirahat yang teduh agar tidak terlalu capek . Akhirnya sinar mataharipun mulai melemah, kami keluar dari tempat berteduh untuk mengabadikan indahnya pemandangan. Tak lupa saya memanjatkan puji-pujian kepada-Nya sementara saya mengambil setiap gambar . Subhanallah Alhamdulillah segala puji bagi Allah sehingga saya dapat menghasilkan foto-foto yang indah.
Image

Kami menikmati pemandangan Tanah Lot hingga jam 7 malam.  Setelah dari tanah lot, kami melanjutkan perjalanan ke pusat oleh-oleh 24 jam KR*SH*A. Harga yang ditawarkan di toko tersebut murah meriah, tempatnya luas, adem dan suasananya pun menyenangkan. Rupanya mereka memiliki suatu lagu khas yang dipasang di speaker-speaker selama toko buka. Sebagai fans berat lagu instrumental, saya pun langsung menyukai lagu tersebut. Setelah puas melihat-lihat dan belanja, kami pun pulang ke penginapan dan beristirahat.

Hari Kamis pun tiba. Sehari sebelumnya kami bertiga telah berencana untuk mengunjungi pantai Sanur jam 5 pagi. Namun karena Yassir kecapekan, akhirnya yang pergi hanya saya dan Femi. Perjalanan kami mulai pada jam 05.20 dengan menyewa motor dari penginapan ( sudahkah saya menyebutkan bahwa pada akhirnya saya ketagihan menggunakan matic ? belum ? baiklah. Saya mengakui ketagihan naik motor matic :D ).
Perjalanan kami ke Sanur agak tersesat karena suasana jalan raya masih gelap ( padahal kalo di Jogja jam segitu sudah terang benderang ) ditambah kami tidak tahu arah menuju pantai (sepertinya kami kelewatan melihat plang jalan). Kami banyak bertanya kepada orang-orang mulai dari penyapu jalanan, pemilik warung, hingga orang yang berhenti bersama kami pada saat lampu merah. Untungnya kami sampai di pantai Sanur tepat sebelum matahari mulai menampakkan diri. Tidak membuang-buang waktu kami pun langsung mengambil foto-foto. Tak lupa saya berterima kasih kepada-Nya atas cuaca yang luar biasa cerah dan pemandangan yang indah.

Image

Setelah puas foto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan ke Tanjung Benoa ( perjalanan dari ujung ke ujung ). Perjalanan kami tempuh dengan waktu satu jam. Begitu kami sampai di Tanjung Benoa, yang kami lihat adalah hotel-hotel megah. Dan disisinya terdapat jalan-jalan kecil menuju ke pantai. Frustasi karena sulit menentukan jalan mana yang akan kami lewati akhirnya kami bertanya kepada orang yang berada di tepi jalan. Rupanya orang tersebut membawa tangki oksigen untuk diving. Setelah menujukkan jalan masuk yang besar, kami pun menuju kesana. Tetapi kira-kira 100 m dari jalan raya, kami langsung berbalik dan pulang karena Femi memutuskan untuk tidak jadi main watersport dan selain itu rupanya mas-mas yang membawa tangki oksigen tadi memanggil-manggil kami ( mungkin orang tersebut adalah pemandu wisata untuk watersport ) kami pun ketakutan dan kabur (HAHAHA…mungkin hal yang berbeda akan terjadi apabila Yassir juga ikutan).
Dari tanjung Benoa kami pun balik ke penginapan untuk sarapan. Jam 09.30 setelah sarapan, saya dan Femi langsung menuju ke toko Joger untuk membeli oleh-oleh. Pulang dari Joger saya dan Femi beristirahat karena kami bertiga ( saya, Femi, Yassir ) berencana untuk pergi ke daerah Uluwatu sore harinya.
Jam 2 siang. Sebelum ke Uluwatu kami bertiga memutuskan untuk makan siang dulu. Makan siang kali ini adalah Ayam Betutu dan Sate Lilit ( penulis menjadi ngiler lagi ). Makan siang di share bertiga,  per orang Rp 30.000. Setelah kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Dreamland. Medan jalan yang agak tanjak dan berkelok kelok membuat jantung saya sempat cenat cenut. Akhirnya kami tiba di jalan masuk menuju pantai Dreamland. Jalan masuknya sungguh asri dengan terdapat patung-patung besar disetiap belokan jalan. Setelah bertanya sana sini, sampailah kami di pantai Dreamland. Karena cuaca mendung dan banyak wisatawan, kami pun tak begitu tertarik untuk berlama-lama berada di pantai tersebut. Sepuluh menit kemudian, kami pun keluar dari parkir wisata pantai kemudian melanjutkan perjalanan ke Uluwatu (Parkir mahal euy, Rp 5000 per motor ck ck ). Perjalanan dari pinggir pantai ke jalan raya kami isi dengan foto-foto bersama patung besar.  Setelah foto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pura Uluwatu.
Jam 5 sampailah kami di Pura Luhur Uluwatu. Setelah membayar tiket masuk Rp 15.000 per orang dan memakai sarung / ikat pinggang, masuklah kami ke dalam. Di dalam terdapat banyak monyet dengan tingkat kejahilannya tinggi. Agar tidak terjadi kehilangan apa-apa, tas ransel saya letakkan di bagian depan badan. Sebelumnya saya tidak tahu tempat apa ini, dan apa saja yang terdapat di dalamnya. Tetapi begitu masuk ke dalam, Subhanallah disitu terdapat Pura dengan panorama dengan latar Samudra Hindia yang indah. Rupanya tempat itu juga menghadirkan tari Kecak. Dan untuk melihat pertunjukkan tari Kecak diharuskan membayar tiket pertunjukkan sebesar Rp 70.000. Kami bertiga berpuas-puaskan diri untuk mengabadikan pemandangan hingga ke ujung jalan yang menyerupai tebing dimana terdapat banyak monyet yang berkumpul. Bahkan botol air minum Yassir dirampas oleh makhluk kecil berbulu itu. Rupanya si monyet sedang kehausan. Cuaca pun berubah menjadi cerah. Saya dan Yassir memutuskan bahwa pemandangan sunset dari tempat ini pasti sangat menarik. Namun karena medan untuk pulang agak mengerikan, saya tidak berani menunggu hingga waktu sunset tiba karena kami akan gelap-gelapan di jalan dalam perjalanan pulang. Akhirnya dengan perasaan kecewa kami pun turun dari Uluwatu. Cuaca cerah dan sunset sedang menunggu kami. Kami bertiga tak kehilangan ide. Kami memutuskan tempat untuk melihat Sunset adalah Kuta. Namun saya berfikir, daerah Jimbaran juga merupakan pantai yang sejalur dengan pura Uluwatu dan pasti sunsetnya juga akan menarik. Dan melajulah kami menuju daerah jimbaran. Begitu sampai di pantai Jimbaran, rupanya Yassir memiliki ide yang menarik yaitu melihat sunset dari atas. Melajulah kami dari tempat makan Jimbaran menuju ke atas. Dengan mengikuti jalan beraspal yang bertanjak dan berkelok-kelok kami pun mencari tempat tersebut. Di jalan raya, kami bertemu dengan rombongan motor anak remaja lokal yang rupanya juga ingin melihat sunset dari atas. Dengan sifat mudah bergaul yang Yassir miliki, kami pun mengikuti rombongan remaja tersebut hingga kami tiba di suatu tempat yang sangat indah. Namun area tersebut dipagari agar tidak banyak orang yang bisa melewati tanah milik individu tersebut. Rombongan remaja tersebut ( secara tersirat ) memberi tahu kami kalau di ujung tembok pembatas tersebut ada celah yang dapat dilewati orang. Celahnya berada di antara tembok dan tebing yang curam. Femi dan Yassir dengan rasa takutnya yang menunjukkan nilai hampir Nol duluan melewati celah tersebut (-_-). Sedangkan saya benar-benar was-was melewatinya. Namun tak sia-sia melewati celah tersebut. Didalam pagar pembatas tersebut terdapat tempat yang luas dan indah untuk bersantai. Dengan semak dan rumput-rumput yang subur. Bahkan di bagian di bawah ( rupanya ada jalan menuju ke bawah ke tepian pantai ) ada yang sedang melakukan foto prewedding. Pemandangan yang sungguh menakjubkan.

jimbaran3

Subhanallah, hari terakhir kami di Bali benar-benar luar biasa. Tempat yang tenang dengan matahari dan samudera yang indah. Kami pun berpuas diri menikmati hari terakhir kami. Setelah matahari menghilang di balik samudera, kami pun turun ke bawah. Dan karena masih ada oleh-oleh yang belum sempat kami beli, maka kami berniat untuk sekali lagi datang ke pusat oleh-oleh 24 jam KR*SH*A. Yang saya rasakan aneh adalah, saat berhenti di lampu merah di  perempatan menuju toko tersebut saya mendengar sayup-sayup musik instrumental khas toko tersebut. Disebelah kanan kami terdapat mobil. Lalu saya berfikir apakah mobil ini yang memasang lagu tersebut. Lampu LaLin pun berubah hijau. Sampailah kami bertiga di toko tersebut. Begitu masuk di dalam toko, saya langsung mengatakan pada Femi kalau di perempatan lampu merah tadi saya mendengar musik toko ini. Lalu saya bertanya apakah dia mendengarnya juga tadi ? dan Femi pun menjawab tidak.  Baiklah kalau begitu, berarti saya yang mungkin salah dengar. Saya pun bertanya-tanya apakah lagunya mengandung kekuatan mistik agar turis kembali dan kembali lagi kesana? Entahlah. Tetapi semenjak hari itu lagunya terngiang-ngiang dikepala saya bahkan hingga saat saya menulis pengalaman saya ini. Setelah puas berbelanja kami bertiga menyempatkan diri untuk makan malam di pinggir jalan. Ternyata makan disini mahal ya. Seporsi nasi tempe penyet Rp 9000, dan Es Teh Rp 3000 total Rp 12.000. Kalau di Jogja tempe penyet satu porsi Rp 3000 tambah Es Teh Rp 1000 total Rp 4000. Setelah kenyang kami pun kembali ke penginapan dan menikmati hasil jepretan kami selama di Bali. Setelah puas menikmati foto-foto, saya dan Femi membereskan barang-barang dan beristirahat karena besok ( Jumat, 15 Maret ) pagi kami sudah harus berada di Bandara untuk pulang ke Jogja.

Hari Jumat. Waktunya kami kembali ke Jogja. Kami keluar dari penginapan jam 08.15 karena pesawat yang kami tumpangi akan berangkat jam 10.30 WITA. Setelah berpamitan dengan Yassir, kami pun berangkat ke Bandara ( pesawat yang Yassir tumpangi berangkat jam 13.30 menuju Surabaya. Kemudian dia akan melanjutkan perjalanannya ke Gunung Bromo dan Jogja..IRI!! >_<).
Jam 11 WIB, sampailah kami di Jogja ( tak perlu saya ceritakan bagaimana takutnya saya berada di dalam pesawat ). Rupanya Femi masih ingin menuju ke Malioboro untuk membeli oleh-oleh yang belum sempat terbeli. Walaupun kaki tangan capek, dengan Koyo ditempel dan balsem dioleskan dimana-mana, semangat Femi untuk membeli oleh-oleh masih tetap menyala ( ternyata saya masih lebih kuat dari Femi..Hahaha ). Setelah selesai membeli oleh-oleh, check in di tempat pemesanan tiket, dan makan soto Klebengan akhirnya kami kembali ke rumah. Overweight bagasi pesawat untuk Femi kembali ke Medan itu sudah pasti.

Hari sabtu jam 03.30 pagi kami pun bangun. Pesawat yang Femi tumpangi akan berangkat jam 06.50. Dengan menggunakan taksi yang sudah dipesan kami pun berangkat dari rumah menuju bandara pada jam 5 pagi. Setelah suasana haru akhirnya kami pun berpisah. Dan Liburan kami bulan ini telah berakhir secara resmi.

Adapun nama-nama julukan yang didapat selama kami berada di Bali.  Femi dijuluki Butet oleh pak Jombangli ( salah seorang tamu penginapan. Jombangli juga merupakan singkatan yg diberikan Femi untuk bapak tersebut ), Yassir dijuluki Togar, dan saya sendiri berubah nama menjadi Ayunda dari Fakultas Pertanian UII Jogja ( perlu diketahui bahwa tidak ada Fakultas Pertanian di UII…hahaha).

Dan percakapan lucu yang paling teringat oleh saya antara Femi dan Yassir:
( Hari Rabu dan Kamis, setelah Nyepi ),
Yassir : ” Kak, makan di mana kita ? makan di Padang ?” *sambil tertawa-tawa* dan disambut oleh ketidak setujuan Femi

Pas Nyepi ( hari selasa ),
Femi :  ” Sir, ayo kita berenang? “..Rupanya si Yassir sudah berenang dan Femi tidak berenang dikarenakan dari pagi sampai malam kolam renang penuh oleh tamu penginapan.

Hari Rabu,
Femi :  ” Sir, ayo berenang kita sehabis pulang dari jalan-jalan?”…Entah mengapa Femi pun menunda untuk berenang. (-_-)

Hari Kamis malam setelah pulang dari daerah Jimbaran,
Femi:  ” Sir, berenang kita ?” *sambil tertawa-tawa* dan disambut celetukan oleh Yassir : “Ah. Kakak banyak cerita”  ( dan saya pun hanya bisa tertawa mendengar percakapan dua orang ini ). Soalnya dari pertama menginap, Femi telah bertekad untuk mencoba kolam renang penginapan namun tidak kesampaian ( antara malu banyak orang dan malas ) hingga waktunya kami kembali ke Jogja.

Sejujurnya saya tidak merindukan Bali, tetapi saya pasti akan merindukan kebersamaan dan petualangan selama kami berada di sana. Seandainya kami balik ke sana lagi, saya yakin semua tak akan pernah sama. Selamat tinggal petualangan di pulau dewata Bali. Kami akan selalu merindukanmu.

Penulis ingin berterima kasih kepada :
–  Allah S.W.T atas dimudahkan perjalanan kami.
–  Keluarga kami masing-masing atas doanya.
–  Temanku Yofemia S. D atas semua akomodasinya selama di Bali.
–  Teman kami Yassir Harahap, karena tanpa dia saya yakin petualangan saya dan Femi tidak akan se-menyenangkan ini.

Untuk foto-foto saya lainnya kunjungi Flickr saya

Penulis
Hidayaty Emita